Sunday, 24 October 2010

PSIS SEMARANG

 

Sejarah :

Sejarah tim sepak bola kota Semarang telah berlangsung sejak lama ketika kota ini masih berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial. Yang pertama tercatat adalah team sepak bola UNION yang berdiri tanggal 2 Juli 1911. UNION sendiri hanyalah sebutan bagi tim dengan nama Tionghoa Hoa Yoe Hwee Koan. Tim ini mendapatkan hak rechspersoon tahun 1917 dari pemerintah kolonial.
Selanjutnya ada pula tim bernama Comite Kampioens-wedstrijden Tionghoa (CKTH) dengan gedung olahraga di wilayah Seteran. Pada tahun 1926 tim ini berubah nama menjadi Hwa Nan Voetbalbond (HNV). Tercatat klub Hwa Nan ini bahkan telah melakukan pertandingan eksibisi dengan klub luar negeri asal Taiwan, Loh Hua Team Voetbalbond.
Di kalangan pendukung pribumi, perkumpulan yang menonjol adalah Tots Ons Doel (TOD) yang didirikan pada 23 Mei 1928, bermarkas di Tanggul Kalibuntang (sekarang Jl. Dr. Cipto). Dalam perjalanannya Tots Ons Doel berganti nama menjadi PS. Sport Stal Spieren (SSS). PS SSS inilah yang kemudian menjadi cikal bakal PSIS Semarang. Pada tahun 1930 team ini berganti nama menjadi Voetbalbond Indonesia Semarang (VIS) yang berlatih di lapangan Karimata Timur.
Setelah PSSI lahir pada 19 April 1930, Voetbalbond Indonesia Semarang berganti nama penjadi Persatuan Sepak bola Indonesia Semarang (PSIS) yang beranggotakan klub sepak bola Romeo, PSKM, REA, MAS, PKVI, Naga, RIM, RDS dan SSS sendiri. Adapun nama klub SSS kemudian berganti menjadi berbahasa Indonesia, Sport Supaya Sehat, sampai sekarang.
Pada kompetisi tahun 2006 klub ini dilatih Sutan Harhara yang kemudian diberhentikan dan diganti oleh asistennya Bonggo Pribadi.

Prestasi :

Sejak pertama kali berdiri, PSIS sudah dikenal sebagai tim medioker di kompetisi Perserikatan Indonesia. Kurang maksimalnya dukungan dari Pemda yang (mungkin) mewakili karakteristik warga Semarang yang cenderung menyukai hasil yang didapat secara instan dan cepat puas sehingga prestasi tim ini pun tidak bagus tapi juga tidak bisa dikatakan jelek.
Terbukti PSIS baru bisa mencicipi gelar juara ditahun 1987 dengan mengalahkan Persebaya Surabaya di final kompetisi perserikatan PSSI dengan skor 1-0 melalui gol tunggal Ribut Waidi. Karena faktor terlalu cepat puas ini (apalagi ditambah keberhasilan punggawanya dalam merebut medali emas SEA Games yang pertama kali bagi Indonesia) maka di kompetisi berikutnya PSIS nyaris terjerumus dalam lubang degradasi ditambah dengan "campur tangan" Persebaya yang bermain untuk kalah 12-0 dari Persipura Jayapura. Untung saja PSIS masih mampu bertahan dan terus bertahan dengan peringkat tim medioker.
Prestasi tertinggi PSIS adalah ketika menjuarai Kompetisi Divisi Utama Perserikatan PSSI tahun 1987 dan Juara Liga Indonesia 1999. Pada musim 2006 PSIS menjadi runner-up Liga Indonesia dengan keberhasilan mencapai final Liga Indonesia, berhadapan dengan Persik Kediri di Stadion Manahan, Solo dan kalah melalui akhir perpanjangan waktu babak ke-2. Saat ini PSIS Semarang juga berstatus sebagai runner-up Piala Emas Bang Yos (PEBY) yang terakhir, diadakan di Jakarta akhir tahun 2006.
  • Juara I LI 1987 (masih bernama perserikatan PSSI. vs Persebaya 1-0, gol oleh Syaiful Amri)
  • Juara I LI V 1998 ( vs Persebaya 1-0, Tugiyo)
  • Juara I LI Divisi I 2000
  • Juara III LI XII 2005
  • Juara II LI XIII 2006
  • Juara III PEBY 2005
  • Juara II PEBY 2006
  • Juara I Suratin Cup 2004
  • Juara II Suratin Cup 2003

Statistik di Divisi Utama Liga Indonesia hingga tahun 2006 :

  • Total musim: 11
  • Total pertandingan: 293 (107 kali menang, 79 kali seri, 107 kali kalah)
  • Selisih gol: 319 gol memasukkan-331 gol kemasukan

Liga Indonesia I (Liga Dunhill) 1994-1995

PSIS berhasil mencapai peringkat 13 dari 17 tim Wilayah Timur.
PSIS yang walaupun sempat membuat sedikit kejutan seperti saat mengalahkan Persebaya 3-0 di Stadion Gelora 10 November Surabaya, tapi tetap saja prestasinya di papan tengah yang cenderung ke bawah. Ditambah lagi dengan sangat minimnya penonton yang tiba-tiba menurun drastis karena "kuningisasi" yang dilakukan gubernur Jawa Tengah saat itu dan di saat bersamaan prestasi saudara mudanya, BPD Jateng juga meningkat, jadilah PSIS sebagai tim yang ngenes. Juara Liga Tahun ini adalah Persib Bandung yang secara kontroversial mengalahkan Petrokimia Putra dengan skor tipis 1-0.
  • Total pertandingan: 32 (10 kali menang, 9 kali seri, 13 kali kalah)
  • Selisih gol: 28 gol memasukkan-43 gol kemasukan

Liga Indonesia II (Liga Dunhill) 1995-1996 :

Berhasil mencapai peringkat 10 dari 16 tim Wilayah Timur.
Prestasi PSIS masih stagnan di papan tengah, hanya saja dari segi penonton sudah mulai ada peningkatan. Hal ini disebabkan karena mulai masuknya pemain impor yang menarik penonton untuk menyaksikan aksinya serta seragam yang kembali ke warna kebesaran, biru. Ditambah lagi dengan campur tangan kekuasaan Gubernur Jateng saat itu yang membuat tim BPD Jateng hanya boleh diisi oleh pemain PON yang miskin pengalaman dan bahkan saat pelatih mencoba untuk menurunkan pemain non-PON, dia pun dipecat dari pekerjaannya, padahal hasilnya adalah kemenangan. Juara Liga adalah Bandung Raya yang (juga) secara kontroversial mengalahkan PSM Makassar 2-0.
  • Total pertandingan: 30 (10 kali menang, 7 kali seri, 13 kali kalah)
  • Selisih gol: 37 gol memasukkan-41 gol kemasukan

Liga Indonesia III (Liga Kansas) tahun 1996

Ada sedikit peningkatan prestasi PSIS dengan hampir menembus babak 12 besar. Gairah sepak bola Semarang pun seolah bangkit dari tidurnya. Dukungan dari pemerintah mengalir dan penonton pun semakin membanjir. Stadion Jatidiri (kapasitas 25.000) yang di LI I hanya mencatat rata-rata penonton 500 orang dan di LI II dengan rata-rata penonton 15.000 orang, kali ini selalu penuh (25.000 orang). Juara Liga adalah Persebaya yang mengalahkan Bandung Raya 3-1.

[sunting] Liga Indonesia IV 1997-1998 :

Berhasil mencapai peringkat 6 dari 11 tim Wilayah Tengah (sebelum dihentikan).
Imbas dari prestasi yang meningkat membuat PSIS mulai bergairah dan diperhitungkan di kancah sepak bola nasional. Sayang sekali saat itu liga harus dihetikan karena krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia.
  • Total pertandingan: 16 (4 kali menang, 8 kali seri, 4 kali kalah)
  • Selisih gol: 17 gol memasukkan-24 gol kemasukan

Liga Indonesia V 1998-1999

Puncak prestasi dari PSIS. Dilatih oleh Edi Paryono, setelah mencapai peringkat 2 dari 5 tim Grup D dan kemudian runner-up Grup F (10 Besar), PSIS akhirnya menggondol gelar juara setelah di final yang menjadi "partai usiran" karena harus terbang ke Manado dengan semangat balas budi atas meninggalnya 11 orang suporter PSIS di Manggarai, PSIS bermain kesetanan dan mengalahkan Persebaya dengan skor tipis 1-0 melalui gol Tugiyo di injury time babak kedua. Sayang sekali prestasi ini sepertinya kurang bernilai karena liga saat itu dibagi oleh banyak grup (3 wilayah 5 grup). PSIS berhak mewakili Indonesia ke Piala Champions Asia dan sayangnya langsung tunduk dari Samsung Suwon Bluewings dengan skor 3-2 di kandang dan 6-2 saat tandang.
  • Total pertandingan: 14 (7 kali menang, 3 kali seri, 4 kali kalah)
  • Selisih gol: 18 gol memasukkan-13 gol kemasukan

Liga Indonesia VI 1999-2000 :

Turun ke peringkat 13 dari 14 tim Wilayah Timur.
Terlena dengan gelar yang sudah diraih, memasuki Liga Indonesia VI tahun 1999, PSIS terlambat menyiapkan tim dan dukungan dana tiba-tiba macet. Kerusuhan di partai pembukaan saat PSIS takluk dari Barito Putra 2-0 seakan menjadi tanda-tanda yang tidak baik. Dan ternyata semua itu terbukti, kenyataan pahit itupun harus diambil. PSIS degradasi ke Divisi I, sekaligus mencatatkan diri sebagai tim pertama di Indonesia yang terdegradasi setelah menjuarai kompetisi sebelumnya.
  • Total pertandingan: 26 (6 kali menang, 6 kali seri, 14 kali kalah)
  • Selisih gol: 22 gol memasukkan-32 gol kemasukan

Liga Indonesia VII 2000-2001

PSIS bermain di Divisi I. Tersentak oleh kenyataan pahit tersebut, manajemen tim pun bertindak. PSIS harus kembali ke Divisi Utama, begitu tekad mereka. Dan ternyata tekad itu terwujud, PSIS menjadi juara Kompetisi Divisi I tahun 2000 sekaligus kembali promosi ke Divisi Utama. Tahun ini ditandai pula dengan berdirinya komunitas suporter PSIS bernama Panser Biru. Serta merta melalui kerja keras PSIS bangkit dan melalui konsistensi permainannya gelar juara Divisi I tahun 2001 pun berhasil diraih. PSIS Semarang kembali ke Divisi Utama.
  • Total pertandingan: 16 (12 kali menang, 2 kali seri, 2 kali kalah)
  • Selisih gol: 24 gol memasukkan-9 gol kemasukan

Liga Indonesia VIII Bank Mandiri 2002 :

Meraih peringkat 8 dari 12 tim Wilayah Timur PSIS tetap menempati posisi papan tengah seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang spesial, semuanya datar-datar saja. Liga Indonesia VIII tahun 2002 (Liga Bank Mandiri), PSIS masih belum beranjak dari papan tengah dan bahkan nyaris degradasi. Untung saja 2 kemenangan kandang terakhir menyelamatkan PSIS dari jurang degradasi. Juara tahun ini adalah Petrokimia Putra yang pada final mengalahkan Persita Tangerang 2-1 melalui perpanjangan waktu.
  • Total pertandingan: 22 (8 kali menang, 6 kali seri, 8 kali kalah)
  • Selisih gol: 20 gol memasukkan-25 gol kemasukan

Liga Indonesia IX Bank Mandiri 2003 :

Mencapai peringkat 13 dari 20 tim. Sejak Liga Indonesia tahun kompetisi 2003 PSIS mempercayakan jabatan manajer tim kepada Yoyok Sukawi. Di bawah kepemimpinannya, PSIS mengalami beberapa perubahan yang signifikan, antara lain dengan mengontrak pelatih Daniel Roekito, dan mengganti beberapa pemain, dengan tujuan agar mampu mencapai hasil maksimal di kancah Liga Indonesia 2003.
Bersamaan dengan diadakannya Piala Emas Bang Yos (PEBY) I di Jakarta, PSIS memanfaatkan ajang ini untuk menyeleksi dan mematangkan skuad pemain yang ada untuk menghadapi Liga Indonesia tahun berikutnya.
Tahun 2003, menjadi tonggak sejarah di mana semua peserta saling bertemu karena sistem turnamen yang tidak membagi wilayah lagi. Alih-alih berprestasi, PSIS masih belum mampu beranjak dari papan tengah ke bawah. Juara Liga tahun ini adalah Persik Kediri yang fenomenal karena di tahun sebelumnya berada di Divisi I. Liga Indonesia X (Liga Bank Mandiri) tahun 2004, masih dengan format satu wilayah. prestasi PSIS mulai menanjak naik walaupun belum bisa meraih gelar juara yang pada tahun ini diraih oleh Persebaya. Liga Indonesia XII (Liga Djarum Indonesia) tahun 2005, prestasi PSIS semakin membaik. Di tangan pelatih Bambang Nurdiansyah, PSIS berhasil meraih posisi ketiga. Sebenarnya hasil yang dicapai bisa lebih baik kalau saja di partai 8 besar wasit bisa lebih netral saat PSIS jumpa dengan tuan rumah Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya melakukan hal yang mencoreng sepak bola nasional dan menghilangkan kesempatan juara PSIS dengan mogok main. Di tahun ini ada sesuatu yang baru di mana Piala Indonesia (Copa Dji Sam Soe) untuk pertama kali dimainkan. Sayangnya PSIS hanya sampai babak 16 besar karena terhenti langkahnya oleh Persijap Jepara.
  • Total pertandingan: 38 (14 kali menang, 8 kali seri, 16 kali kalah)
  • Selisih gol: 43 gol memasukkan-45 gol kemasukan

Liga Indonesia X 2004 :

Mencapai peringkat 10 dari 18 tim. Pada Liga Indonesia tahun 2004, dengan suntikan tenaga pemain baru, baik lokal maupun asing, ditambah polesan tangan pelatih Cornelis Sutadi dan asisten pelatih Bonggo Pribadi, PSIS mengarungi kerasnya persaingan di Liga Indonesia 2004. Di pertengahan tahun kompetisi 2004, manajemen PSIS menilai perlu dilakukan perombakan tim. Jabatan Pelatih Kepala diserahkan kepada Herry Kiswanto. Beberapa pemain baru pun dikontrak untuk menambah kekuatan tim.
Pada turnamen PEBY II, PSIS kembali diundang, dan menjadikan ajang ini sebagai tahapan pemantapan komposisi pemain untuk menghadapi Liga Indonesia tahun 2005.
  • Total pertandingan: 34 (12 kali menang, 10 kali seri, 12 kali kalah)
  • Selisih gol: 35 gol memasukkan-34 gol kemasukan

Liga Indonesia 2005 :

Peringkat 3 dari 14 tim Wilayah 1, Runner Up Grup Barat (8 Besar), juara 3.
Liga Indonesia 2005 kembali dibagi menjadi 2 wilayah. PSIS termasuk di Wilayah I atau Barat. Masih dikomandani oleh Yoyok Sukawi sebagai Manajer Tim, Bambang Nurdiansyah (Pelatih Kepala), PSIS memiliki optimisme tinggi menyambut Liga Indonesia 2005. PSIS berhasil melaju ke putaran 8 Besar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Meski dirugikan oleh kejadian mundurnya Persebaya dari putaran ini, PSIS sukses mencapai peringkat 3 untuk Liga Indonesia tahun 2005.
  • Total pertandingan: 30 (13 kali menang, 12 kali seri, 5 kali kalah)
  • Selisih gol: 41 gol memasukkan-23 gol kemasukan

Liga Indonesia 2006 :

Peringkat 3 dari 14 tim Wilayah 1, runner-up Grup A (8 Besar), runner-up kompetisi.

Di akhir tahun 2005, PSIS mengontrak pelatih Sutan Harhara untuk turut berpastisipasi di turnamen PEBY III dan juga untuk Liga Indonesia 2006 yang akan datang. Sebelum mengikuti PEBY III, PSIS diundang PSSI U-23, yang dipersiapkan untuk mengikuti SEA Games Manila, sebagai lawan latih tanding yang berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung.
PEBY III menjadi ajang pembuktian keseriusan PSIS dalam persiapan menjelang Liga Indonesia 2006. PSIS kembali ke Semarang dengan keberhasilan menduduki posisi 3. Menghadapi Liga Indonesia 2006, PSIS terus melakukan persiapan dengan beberapa kali melakukan uji coba di Semarang, serta mengontrak pemain-pemain handal yang dibutuhkan tim untuk mencapai hasil maksimal.
Di pertengahan musim, PSIS mengganti pelatih Sutan Harhara dengan asistennya Bonggo Pribadi. PSIS melaju sampai ke partai puncak dan kalah dalam drama perpanjangan babak melawan Persik Kediri melalui gol Cristian Gonzalez.
  • Total pertandingan: 31 (16 kali menang, 5 kali seri, 10 kali kalah)
  • Selisih gol: 37 gol memasukkan-31 gol kemasukan

Daftar pemain :

Liga Indonesia 2007

Nomor Posisi WN Nama Tgl lahir
1 GK Flag of Indonesia.svg Basuki Setyabudi 14 Mei 1982
2 MF Flag of Indonesia.svg Yusuf Sutan Mudo 2 April 1985
3 DF Flag of Indonesia.svg Idrus Gunawan 27 April 1979
4 MF Flag of Indonesia.svg Kahudi Wahyu Widodo 22 Juli 1979
5 DF Flag of Indonesia.svg Maman Abdurrahman 12 Mei 1982
6 DF Flag of Indonesia.svg Eko Prasetyo 22 Agustus 1985
6 DF Flag of Indonesia.svg Taufik Permadi N/A
8 MF Flag of Indonesia.svg Wahyu Abdul Wahab 1976
9 DF Flag of Indonesia.svg Indriyanto Setyo Nugroho 2 April 1976
10 FW Flag of Chile.svg Julio Lopez Gabriel Venegaz 4 November 1978
11 MF Flag of Indonesia.svg Fachrudin N/A
12 GK Flag of Indonesia.svg I Komang Putra 6 Mei 1972
13 MF Flag of Indonesia.svg Modestus Setiawan 17 Desember 1982
14 MF Flag of Indonesia.svg Julian Kusuma Leiwaka Bessy 9 Juli 1987
15 MF Flag of Cameroon.svg Ebi Theofilus Sukore N/A
16 MF Flag of Indonesia.svg Denny Rumba 16 Mei 1985
17 MF Flag of Indonesia.svg Harry Salisbury 15 April 1977
18 MF Flag of Argentina.svg Alfredo Antonio Figueroa Ahumada N/A
19 DF Flag of Indonesia.svg Dedean Surdani 23 November 1983
21 FW Flag of Indonesia.svg Khusnul Yakin 4 Juni 1980
22 GK Flag of Indonesia.svg Agus Murod Alfarizi 9 November 1974
23 MF Flag of Indonesia.svg Muhammad Ridwan 8 Juli 1980
24 MF Flag of Egypt.svg M. Mido N/A
25 FW Flag of Liberia.svg Foffe Kamara Mumbiala 10 Juni 1977
27 FW Flag of Cameroon.svg Zoubairou Garba 10 Oktober 1985
29 GK Flag of Indonesia.svg Ari Julianto N/A





30 FW Flag of Indonesia.svg Asep Winarso 29 September 1986

Indonesian Super League 2008 :

No.
Posisi Nama pemain

Flag of Indonesia.svg GK Ahmad Fauzi

Flag of Moldova.svg GK Evgheny Khamaruk

Flag of Indonesia.svg GK Zaky Al Hadad

Flag of Indonesia.svg DF Idrus Gunawan

Flag of Indonesia.svg DF Nova Arianto

Flag 
of Ghana.svg DF Victor Igbonefo

Flag of Indonesia.svg DF Gunawan Dwi Cahyo

Flag of Indonesia.svg DF Edson Leonardo





Flag of Indonesia.svg DF Prananda Aditya

Flag of Indonesia.svg MF Denny Rumba

No.
Posisi Nama pemain

Flag of Indonesia.svg MF Cristian Warobay

Flag of Indonesia.svg MF Suwita Pata

Flag of Bosnia and Herzegovina.svg MF Joksimovic

Flag of Indonesia.svg MF Marten Tao

Flag of Indonesia.svg MF Firman Utina

Flag of Australia.svg MF Archie Thompson





Flag of Austria.svg FW Marko Arnautovic

Flag of Indonesia.svg FW Boaz Solossa

Flag
 of Brazil.svg FW Cristiano Lopes

Pemain Masuk 2008

Pemain Keluar 2008 :

Pencetak gol terbanyak per musim :

Pencetak gol terbanyak sepanjang karier di PSIS di Liga Indonesia :

  • 23: Indriyanto Nugroho, Emmanuel De Porras
  • 18: Julio Lopez
  • 10: Roberto Kwateh, Abdouleye Djibril
  • 9: Khusnul Yakin, Gustavo Hernan Ortiz
  • 8: Harri Salisburi
  • 7: Esiah Pelle Benson, Bambang Harsoyo, Arliston De Oliveira
  • 6: Imral Usman
  • 5: M Ridwan, German Osorio
  • 3: Gbeneme Friday
  • 2: Miguel A Dominguez, Darwin Perez, Purwanto, Khair Rifo, Nurul Huda, Otto Weah
  • 1: Foffe Camara, Maman Abdurrahman, Zoubairou, Idrus Gunawan, Greg Nkowolo, A Jomma Ballah, M Irfan, Lilik Suheri, Sasi Kirono, Eko Purjianto, Louis Miranda, Alexander Pulalo, Yuniarto Budi, Iwan Suryanto

Sponsorship menjadi sesuatu yang lebih serius setelah keluarnya Permendagri no.13 tahun 2006 yang mengatur bahwa Pemda diharapkan tidak memberikan bantuan keuangan terus menerus dari APBD bagi sebuah organisasi seperti PSIS sebagai organisasi sepak bola di kota Semarang. Untuk itu tim sepak bola yang ingin bertahan hidup di Liga Indonesia harus mulai memikirkan kerjasama dengan para sponsor. Pada musim tahun 2007 PSIS Semarang menjalin beberapa kerja sama dengan Umbro (aparel) dan Suara Merdeka.

Penggemar :

Seperti halnya klub sepak bola yang lain, PSIS mempunyai beberapa kelompok suporter, antara lain yang menamakan dirinya Panser Biru, SneX (Semarang Extreme), Bon-X, YSS (Yayasan Suporter Semarang) dan lainnya.


 (Yang Lain) :

Sejak pertama kali berdiri, PSIS sudah dikenal sebagai tim medioker di kompetisi Perserikatan Indonesia. Kurang maksimalnya dukungan dari Pemda yang (mungkin) mewakili karakteristik warga Semarang yang cenderung menyukai hasil yang didapat secara instant dan cepat puas sehingga prestasi tim ini pun tidak bagus tapi juga tidak bisa dikatakan jelek.

Terbukti PSIS baru bisa mencicipi gelar juara ditahun 1987 dengan mengalahkan Persebaya di final kompetisi perserikatan PSSI dengan skor 1-0 melalui gol tunggal Ribut Waidi. Karena faktor terlalu cepat puas ini (apalagi ditambah keberhasilan punggawanya dalam merebut medali emas SEA GAMES yang pertama kali bagi Indonesia) maka dikompetisi berikutnya PSIS nyaris terjerumus dalam lubang degradasi ditambah dengan “campur tangan” Persebaya yang bermain untuk kalah 12-0 dari Persipura. Untung saja PSIS masih mampu bertahan dan terus bertahan dengan peringkat tim medioker.

Pada awal Liga Indonesia I (Liga Dunhill) tahun 1994, PSIS yang walaupun sempat membuat sedikit kejutan seperti saat mengalahkan Persebaya 3-0 di Stadion 10 November Surabaya, tapi tetap saja prestasinya dipapan tengah yang cenderung kebawah. Ditambah lagi dengan sangat minimnya penonton yang tiba2 menurun drastis karena “kuningisasi” yang dilakukan Gubernur Jateng saat itu dan disaat bersamaan prestasi saudara mudanya BPD Jateng juga meningkat, jadilah PSIS sebagai tim yang ngenes. Juara Liga Tahun ini adalah Persib Bandung yang secara konroversial mengalahkan Petrokimia Putra dengan skor tipis 1-0.

Liga Indonesia II (Liga Dunhill) tahun 1995, prestasi PSIS masih stagnan di papan tengaqh, hanya saja dari segi penonton sudah mulai ada peningkatan. Hal ini disebabkan karena mulai masuknya pemain impor yang menarik penonton untuk menyaksikan aksinya serta seragam yang kembali ke warna kebesaran BIRU. Ditambah lagi dengan campur tangan kekuasaan Gubernur Jateng saat itu yang membuat tim BPD Jateng hanya boleh diisi oleh pemain PON yang miskin pengalaman dan bahkan saat pelatih mencoba untuk menurunkan pemain non PON, dia pun dipecat dari pekerjaannya padahal hasilnya adalah kemenangan. Juara Liga adalah Bandung Raya yang (juga) secara controversial mengalahkan PSM Makasar 2-0.

Liga Indonesia III (Liga Kansas) tahun 1996, ada sedikit peningkatan prestasi PSIS dengan “nyaris” menembus babak 12 besar. Gairah sepakbola Semarang pun seolah bangkit dari tidurnya. Dukungan dari Pemerintah mengalir dan Penonton pun semakin membanjir. Stadion Jatidiri (kapasitas 25.000) yang di LI I mencatat rata-rata penonton 500 orang dan di LI II dengan rata-rata penonton 15.000 orang, kali ini selalu full alias 25.000 orang. Juara Liga adalah Persebaya yang mengalahkan Bandung Raya 3-1.

Liga Indonesia IV tahun 1997, imbas dari prestasi yang meningkat membuat PSIS mulai bergairah dan diperhitungkan di kancah sepakbola nasioanl. Sayang sekali saat itu liga harus dihetikan karena krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia.

Liga Indonesia V tahun 1998 menjadi puncak prestasi dari PSIS. Dilatih oleh Edi Paryono, PSIS akhirnya menggondol gelar juara setelah di final yang menjadi “partai usiran” karena harus terbang ke Manado dengan semangat balas budi atas meninggalnya 11 orang supporter PSIS di Manggarai, PSIS bermain kesetanan dan mengalahkan Persebaya dengan skor tipis 1-0 melalui gol Tugiyo di injury time babak ke II. Sayang sekali prestasi ini sepertinya kurang bernilai karena Liga saat itu dibagi oleh banyak grup (3 wilayah 5 grup). PSIS berhak mewakili Indonesia ke Piala Champion Asia dan sayangnya langsung tunduk dari Samsung Suwon Blue Wings dengan skor 3-2 dikandang dan 6-2 ditandang.

Terlena dengan gelar yang sudah diraih di Liga Indonesia VI tahun 1999, PSIS terlambat menyiapkan tim dan dukungan dana tiba2 macet. Kerusuhan di partai pembukaan saat PSIS takluk dari Barito Putra 2-0 seakan menjadi tanda2 yang tidak baik. Dan ternyata semua itu terbukti, kenyataan pahit itupun harus diambil. PSIS degradasi ke Divisi I, sekaligus mencatatkan diri sebagai tim pertama yang terdegradasi setelah mencapai gelar juara ditahun sebelumnya. Juara Liga adalah PSM Makasar yang mengalahkan Persija.

Tersentak (lagi) oleh kenyataan pahit tersebut, manajemen tim pun bertindak. PSIS harus kembali ke Divisi Utama, begitu tekad mereka. Dan ternyata tekad itu terwujud, PSIS menjadi juara Kompetisi Divisi I tahun 2000 sekaligus kembali promosi ke Divisi Utama. Tahun ini ditandai pula dengan berdirinya komunitas supporter PSIS bernama Panser Biru. Sementara juara Divisi Utama adalah Persija yang berhasil revans atas PSM Makasar.

Liga Indonesia VII tahun 2001 (Liga Bank Mandiri), PSIS tetap menempati posisi di papan tengah seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang special, semuanya datar-datar saja. Tahun ini giliran (kalo gak salah) PSMS yang jadi juara. Liga Indonesia VIII tahun 2002 (Liga Bank Mandiri), PSIS masih belum beranjak dari papan tengah dan bahkan nyaris degradasi. Untung saja 2 kemenangan kandang terakhir menyelamatkan PSIS dari jurang dgradasi. Juara tahun ini adalah Petrokimia Putra yang pada final yang memalukan (GBK banjir) mengalahkan Persita 2-1 (perpanjangan waktu).

Liga Indonesia IX (Liga Bank Mandiri) tahun 2003, menjadi tonggak sejarah dimana semua peserta saling bertemu karena system turnamen yang tidak membagi wilayah lagi. Alih-alih berprestasi, PSIS masih belum mampu beranjak dari papan tengah kebawah. Juara Liga tahun ini adalah Persik Kediri yang fenomenal karena ditahun sebelumnya berada di Divisi I. Liga Indonesia X (Liga Bank Mandiri) tahun 2004, masih dengan format 1 wilayah. prestasi PSIS mulai menanjak naik walaupun belum bisa meraih gelar juara yang pada tahun ini diraih oleh Persebaya Surabaya. Liga Indonesia XII (Liga Djarum Indonesia) tahun 2005, prestasi PSIS semakin membaik. Ditangan pelatih Bambang Nurdiansyah, PSIS berhasil meraih posisi ketiga. Sebenarnya hasil yang dicapai bisa lebih baik kalau saja di partai 8 besar wasit bisa lebih netral saat PSIS jumpa dengan tuan rumah Persija dan Persebaya tidak mogok main. Juara tahun ini adalah Persipura Jayapura. Ditahun ini ada sesuatu yang baru dimana Piala Indonesia (Copa Dji Sam Soe) untuk pertama kali dimainkan. Sayangnya PSIS hanya sampai babak 16 besar karena terhenti langkahnya oleh Persijap Jepara. Juara ajang ini adalah Arema Malang.

Liga Indonesia XII (Liga Djarum Indonesia) tahun 2006, ditangan pelatih sekaliber Sutan Harhara ditambah dengan materi yang tidak bayak berubah (bahkan ditambah dengan individu2 muda bertalenta), semoga PSIS bisa meraih hasil yang lebih baik daripada tahun sebelumnya. ( Sumber : Wikipedia&Liga Indonesia.com)

No comments:

Post a Comment